(untuk Eulis, ST, FM, IM)
Kita memang harus sabar.
Sehingga benar kenal siapa
itu setetes keringat,
yang membuat selalu
bertahan ketika semua perasaan habis.
Waktu memang tak dimiliki kita.
Jadi, aku tak mau sok tahu
dengan menyerah
pada ketakutan,
pada lelah,
pada bentuk jalan malam,
pada perih,
pada puas,
-pada angin yang menusukku dalam-
Manusia, lelaki khususnya.
Ia takkan pernah siap,
tapi ia tak pernah tanpa persiapan.
Tidakkah pernah kukatakan,
"jangan berhitung denganku!"
Aku akan berdarah
Kau akan merintih sakit, dalam.
Kita bicara bahasa pengorbanan.
Harga hanya untuk kecap!
Aku tidak akan "berak"
jika perutku tak minta.
Aku takkan menikahinya
jika ia tidak ingin kunikahi.
Tapi siapa yang tahu?
Kalau begitu aku takkan makan sampai mati
Aku takkan merayu.
Dan berdosa
karena enggan berlari.
Tidakkah itu kita lakukan untuk diri sendiri?
Tanpa harus menciptakan novel
yang isinya hanya dunia ego kita,
dan menjadi tuhan yang lemah
bagi tokohnya.
Terima kasih.
Aku memang tak pandai dalam hal itu.
Tapi, terima kasih
karena meludahiku.
hingga aku tahubegitu hina
menjadi pengecut atau penekad.
Akbar
===============
2 November 2004
akbar 9:12 am on September 29, 2010 Permalink |
ba gimana ya cara nya gw bisa ngedit puisinya? sepertinya yang terakhir itu bukan bagian dari puisi.
nyenius 10:06 am on September 29, 2010 Permalink |
Lo login aja bar, tapi sementara ini biar gw yang editin dulu. tuh dah gw apus 🙂