Tagged: puisi cinta Toggle Comment Threads | Keyboard Shortcuts

  • Nyenius 8:23 am on October 22, 2006 Permalink | Reply
    Tags: puisi cinta   

    Kau yang Sebatas Catatan Sejarah 

    *Dengan egois yang sadar

    Aku mengenangkanmu
    bukan karna cinta

    hanya rindu pada
    masa dimana jiwaku begitu bertenaga
    hanya rindu pada
    langit yang menaungi kemudaanku

    aku membacakan puisi
    bukan karena menginginkanmu

    hanya mencoba raih
    nyawa pekat yang meliputi hatiku dulu

    Langit betul-betul berawan antara kita
    Debu benar-benar mengacaukan pandang
    Jangankan sinaran Tuhan
    sedang mentari pun tidak menerangi
    jalan menujumu

    • aku tak (pernah) lagi protesi hal hal itu –

    Kau menjadi data yang kubaca
    dalam byte-byte kaku
    demi kepentinganku sendiri
    tanpa harap lebih jauh

    Hanya untuk merasakan pendaran-pendaran lama
    yang sama sekali tak berhubungan denganmu
    kisah kita kujadikan mesin pabrik
    untuk memerah kemurnian rasa
    yang dulu kau sia-sia

    Kubaca namamu
    bukan karena ada benih yang tumbuh lagi
    Hanya sedang belajar sejarah diriku

    —————
    3:11 22/10/2006

     
    • Putrie 8:23 am on October 22, 2006 Permalink | Reply

      kaya’na buku sejarah lo tuebel buanget deh ban, kayak ensiklopedy dirumah gue yg berjilid2.. hihii.. :p
      **pis atuh ban**

    • tobse 8:23 am on October 22, 2006 Permalink | Reply

      Huehehehehehe ga tebel-tebel amat put ;p

    • near_boyo 8:23 am on October 22, 2006 Permalink | Reply

      SWT LU BA!!!!!!!

    • tobse 8:23 am on October 22, 2006 Permalink | Reply

      Boyo bangsat, awas lo besok.

    • odie_ut 8:23 am on October 22, 2006 Permalink | Reply

      Tp sumpah Ban.. Gw suka puisi lo yg atu ini..!! 😀

    • TOba 8:23 am on October 22, 2006 Permalink | Reply

      Thanks put… 😀 *mukenye merah*

  • Nyenius 11:03 pm on May 29, 2006 Permalink | Reply
    Tags: puisi cinta   

    Tunggu Aku 

    Tempat yang bukan barat dan timur
    dihatimukah?

    Kalau begitu, tunggu aku
    pelayaran ini terasa lambat
    tapi jelas, pelabuhan berikutnya
    kamu

    aku harap ini pelayaran terakhir
    hingga jiwa ini dapat
    bersemayam pada pantainya

    lambai ombak yang kau kirim
    datang bersama senyummu
    menguatkan jiwa sampai kesana

    ragu masih menderak juga
    tanya-tanya timbul bagai
    percik gelepar ikan

    senyummu, pelukmu, belai hatimu
    rumah yang aku nanti
    atap yang aku cari
    kita harus isi-mengisi
    jegal juga keraguan yang buta

    – tak tahu hatimu seperti apa –

    entah kapan tiba
    peta sudah kubalik-balik
    menetapkan kebenaran titik koordinat
    menilik angin, apakah mengantarku kesana?

    Sinar yang menggelorakan itu
    matamu kah?

    itulah api titik pusat
    navigasiku. Hampir sampai?
    Duhai kelasi, topang kaptenmu ini
    sambutan yang tak tentu
    melahirkan mabuk laut yang jarang

    rapihkan semua yang di kapal
    biar bagaimana
    dia harus tahu

    =================
    Toba.
    23:56 16/10/2004

     
  • Nyenius 8:24 pm on May 29, 2006 Permalink | Reply
    Tags: puisi cinta   

    Ternyata Memang Kamu 

    ternyata
    padamulah hatiku bercokol nyaman
    pada belaimu kepalaku tunduk syahdu

    pada pengertianmu
    pada marahmu

    aku sadar
    cinta telah menjadi bahasa keseharian kita
    bukan lagi bunga, bukan lagi bahasa verbal

    makin hari, hati makin saling mengunci
    semakin terlibat, semakin ketergantungan

    ternyata
    hatimulah yang bersenyawa dengan hatiku
    saling mengisi kondisi-kondisi
    dan variabel-variabel baru

    kaulah orang yang ingin kulindungi
    dan berbagi keriput wajah suatu hari nanti

    14:32 07/05/2006

     
    • debby 8:24 pm on May 29, 2006 Permalink | Reply

      it’s just like
      . . .growing old withyou . . .
      so, sweet

  • Nyenius 12:52 pm on March 14, 2006 Permalink | Reply
    Tags: puisi cinta   

    Daun yang Tersungkur di Gunung 

    tentang darah
    yang mengalir dari daunan di gunung
    darah dari cinta yang bertemu-paling
    keraguan hati dan keinginan yang tertahan

    tentang luka
    yang dikandung tanah bukit mengering
    luka dari pencarian akanmu
    makin membusuk seperti sobekan
    daging yang ditiupi angin dan debu-debu

    bukit yang menjulang dipanasi mentari
    diracaukan dingin hujan.
    aku yang tegak dengan hati koyak-moyak
    berlari diasapi hidup
    diriuhkan tangisan-tangisan tentangmu

    kita adalah pejalan kaki
    di emperan tanah Tuhan
    pejalan yang saling mencinta
    dan terpisah di satu perempatan sunyi
    saling terseok tersungkur memakan lumpur

    tak pelak lagi
    semakin jauh kita berjalan
    pada arah berlawanan
    hati semakin tebal atas luka
    tapi tetap, jauh dalam relung-relung
    gelap hati
    tangisan tentangmu, tangisan tentangmu

    Tentang kesunyian daunan di gunung pada siang hari
    yang terus dibakar mentari
    dikawani angin, dilagukan tonggeret pada pohonan
    aku dan kau
    juga langit yang selalu berkabut antara kita

    12:26 12/03/2006

     
    • ndree 12:52 pm on March 14, 2006 Permalink | Reply

      yeeee…lu nulis puisi lagi…. btw itu isinya ga perlu di bikin forum kan? alias di curhatin….

    • Tobse 12:52 pm on March 14, 2006 Permalink | Reply

      Ngga 😀

    • adhie death 12:52 pm on March 14, 2006 Permalink | Reply

      mantap bro…2 acungan jempol buat lo………..!

  • Nyenius 1:21 am on November 21, 2005 Permalink | Reply
    Tags: puisi cinta   

    Lelaki yang Kasmaran 

    Untuk Ganesha

    Lelaki yang kasmaran
    hatinya tak tergenggam lagi
    berenang ke dalam telaga keindahan

    Telinganya tertutup
    dan bibirnya tersenyum

    “Aku ingin memelukmu,
    menyayangimu setiap waktu”

    Kata-kata telanjang dalam kepalanya
    pikiran yang rumit sirna
    menjadi dunia tanpa rupa

    hari-hari menjadi jalan yang menggelisahkan
    ketidakpastian menjadi tema pikiran

    Lelaki yang kasmaran
    janganlah ia dibantah sayang
    sebab, dewa sekalipun pasti dilawanya

    Pertemuan dengan yang terkasih
    adalah doa yang dilafazkan
    dalam diam, dalam nafas, dalam gerak

    “Aku akan membuatmu bahagia, duhai kecintaanku.”

    Lelaki yang kasamaran
    memasrahkan dirinya pada getaran
    yang terasa sesak sekaligus menyenangkan
    pada kekhawatiran yang mengganggu
    tapi menggelorakan

    Biarkanlah,
    jangan usik kebahagiaannya
    jangan tenangkan gelisahnya
    dia sedang terbakar api
    yang dulu membakar Ibrahim

    ——————
    1:17 AM 11/21/2005

     
    • reeko 1:21 am on November 21, 2005 Permalink | Reply

      Ganesha menjawab: Biar apa yang terucap dalam napas yang satu-satu ini. Mungkin aku berlari terlalu cepat, tapi tak pernah aku sesali keberadaannya dalam hati. Terimakasih Tuhan. Terimakasih sayang. Terimakasih teman. Dirinya dalam pelukan… 😉

  • Nyenius 1:02 am on November 21, 2005 Permalink | Reply
    Tags: puisi cinta   

    Malam Biru 

    Aku tak ingin membunuh
    malam biru ini
    ketika segala keindahanmu
    terkenang membasahi kepala

    Bahkan bajingan itupun
    tak dapat merusak ketenanganku
    hari ini mendorongku pada kekuatan
    entah esok

    aku takut kehilangan kamu
    marah dalam hati masih berdebar
    tapi tak sekencang keinginan membelaimu
    dalam sayang

    malam ini
    kerumitan lagu jazz
    adalah kawan yang serasi
    untuk langkah dansa dihatiku
    menimang-nimang namamu
    menanti pertemuan kita yang jarang

    dikau adalah sumber semangatku
    kecintaanku
    senyummu memicuku memenangi
    pertarungan melawan naga-naga
    melawan ketidakpastian hari-hari

    ada yang menantiku
    ada yang selalu siap memelukku
    ada yang selalu siap mengucupi lelahku

    kembalilah kesini tulang rusukku
    belahan sejati jiwaku
    lengkapilah hidup kita
    benamkanlah wajahmu ke wajahku
    lantunkanlah bahasa prosamu ditelingaku
    dan akan kukatakan pada Rendra
    bahwa itu adalah puisi

    kemarilah sayang
    tanpamu, aku adalah lelaki yang cacat
    aku adalah milikmu, lelakimu
    datanglah kemari
    dan naungkan kepalamu di pundakku
    labuhkan gundah yang kau punya
    tangiskan isak yang kau simpan
    biar kukucup satu persatu
    hingga senyummu terbit tanpa ragu

    Aku tak ingin
    membunuh malam ini
    bumi beraroma air yang subur
    angin membisiki hawa liburan dan istirahat.
    Sementara mataku, hanya melihat wajahmu.

    ————
    12:58 AM 11/21/2005

     
  • Nyenius 4:19 pm on July 20, 2005 Permalink | Reply
    Tags: puisi cinta   

    yang dirindukan 

    gairah dalam memendam
    lava cinta
    terbentur tembok-tembok grafiti kota
    keinginan menghirup nafas lembut penuh sayang,
    terkoyak asap-asap angkutan kota

    rasa cinta yang menagihkan
    dalam aroma tak terhirup
    yang selalu menggetarkan

    tak bisa lagi
    sepertinya rasa itu hilang
    dicabut perlahan oleh kesibukan
    dan hasrat-hasrat rendahan

    atau iblis telah membelah hatiku
    dan membenamkan cinta
    jauh ke dalam, terlampau jauh
    hingga sulit digenggam kembali

    hanya tawa kering yang ada
    tanpa darah didalamnya

    kurindukan
    kentalnya rasa cinta yang menyekat tenggorokan
    memiriskan senyum, dan membuat semuanya menjadi manis

    kurindukan
    hati kecil yang indah dari seorang gadis,
    romantisme dalam kecemasan,
    rasa melindungi.

    dan sekejap saja
    nafsu mengacaukannya
    menjegal mata untuk melihat lebih jauh
    mematikan indera untuk merasakan
    getaran kuat dari hati lembut di seberang

    ah,
    bibir yang dikecup khidmat
    pipi lembut yang berbaring di telapak tangan
    dan suara lembut yang selalu seperti nyanyian

    ———
    4:08 PM 7/20/2005

     
    • nazla 4:19 pm on July 20, 2005 Permalink | Reply

      cik atuh,ba. jangan lelah di tengah jalan mulu hihi..

    • Tobse 4:19 pm on July 20, 2005 Permalink | Reply

      hehehe,… tenang lu, ini laen kasus..

    • reeko 4:19 pm on July 20, 2005 Permalink | Reply

      waahhhh, pengeeeen huerhuerhuer

    • a 4:19 pm on July 20, 2005 Permalink | Reply

      bibir yang dikecup khidmat
      pipi lembut yang berbaring di telapak tangan
      dan suara lembut yang selalu seperti nyanyian

    • viya 4:19 pm on July 20, 2005 Permalink | Reply

      gila…kok puisinya dari 4 bait ke bawah miris amat,ya kyak gw gtu

  • Nyenius 2:45 am on May 3, 2005 Permalink | Reply
    Tags: puisi cinta   

    Di Stasiun ini, Kesedihan Jatuh Lagi 

    akhirnya di stasiun ini
    kesedihan jatuh lagi
    begitu lagu Gambang Semarang
    mengalun pada satu nada tunggal

    sesak, begitu sadar
    pada langkah berikutnya
    aku akan benar-benar meninggalkanmu

    Kali ini
    tak kutiupkan kalimat harapan
    ngeri hatimu makin berdarah-darah

    kupejamkan mata
    tak kutoleh lagi wajahmu
    begitu peron satu terpijak
    pisah sudah bumi kita
    kecemasan menggelora

    biar kutunggu suaramu
    aku tak ingin memulai kata-kata
    selamat jalan

    kuceritakan kesedihan pada petak
    sawah yang terlewati
    perih memudarkan pandang
    air mata mengambang
    seperti angin melambai di jendela

    Gambang Semarang berdenting lagi
    pada bangku peron

    aku telah menanam luka baru

    ____________
    00:30 06/04/2005

     
    • betri arisa 2:45 am on May 3, 2005 Permalink | Reply

      kadang kala mimpi tak hanya terwujud lewat satu keinginan..
      kadangkala mimpi dan cinta tak bisa tergenggam walaupun itu sudah didepan mata..
      cinta dan perpisahan suatu hal yang seperti dua sisi yang saling bertaut..ia terlalu indah dan menyakitkan

  • Nyenius 3:52 am on November 26, 2004 Permalink | Reply
    Tags: puisi cinta   

    Kepada yang baru kukenal dan berkata: “… lebih baik mati…” 

    jangan lari
    ke dalam rimba bernama kematian
    benang kusut itu, sayangku
    akan terurai juga nantinya

    sungai deras yang melelahkan ini
    punya mula, tentu akan selesai di muara
    ikuti alirannya, renangi sebisamu,
    hindari batu-batu

    bertahanlah,
    di sini,
    tak ada yang tanpa akhir



    Toba.
    25 Nopember 2004

     
    • aves 3:52 am on November 26, 2004 Permalink | Reply

      Huhuhu terharu jadinya,,,,,

    • reeko 3:52 am on November 26, 2004 Permalink | Reply

      bertanya-tanya akan siapa yang disana… sebuah nama sosok dalam judul

    • GADIS 3:52 am on November 26, 2004 Permalink | Reply

      seperti kisah Q ..

  • Nyenius 3:51 am on November 26, 2004 Permalink | Reply
    Tags: puisi cinta   

    Harapan Kecil 

    ingin aku memelukmu
    duduk bersimpuh
    dan kita menjelma gubuk kecil

    aku ingin mengirimkan matahari-matahari
    menurunkan senja-senja
    tapi maaf
    keteduhan yang kuinginkan
    melancung ke dalam nafas-nafas gelap

    ingin aku rebah dipundakmu
    atau kau terpejam dipundakku
    dan kita basah dalam embun
    yang telah lama hilang

    tapi maaf
    kalau maksud tak
    duduk pada tempatnya
    tersasar ke tanah-tanah gelap

    aku betul-betul ingin
    kau disini
    kita rebahkan risau
    dalam bayangan yang menyatu
    lembut



    Toba.
    1:45 AM 4/14/03

     
    • ADY 3:51 am on November 26, 2004 Permalink | Reply

      AKU AKAN BER TANYA PADA DIRIKU DAN KM SEBERAPA MENYAKITKAN HARAPAN YANG KECIL ITU

c
Compose new post
j
Next post/Next comment
k
Previous post/Previous comment
r
Reply
e
Edit
o
Show/Hide comments
t
Go to top
l
Go to login
h
Show/Hide help
shift + esc
Cancel